in

Bayang-bayang Politik Elektoral di Balik Tumpukan Sampah yang Kian Menggunung di Polman

Kabupaten Polewali Mandar, seperti banyak daerah lain di Indonesia, dihadapkan pada tantangan besar dalam penanganan sampah. Namun, ketidakmampuan dan lambannya upaya penanganan sampah di daerah ini telah menjadi perhatian serius, menunjukkan kegagalan pemerintah setempat dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Lantas bagaimana seharusnya menyikapi hal demikian serta menghindari konsekuensi mengerikan yang diakibatkannya.

Salah satu masalah utama yang mengakibatkan lambannya penanganan sampah di Kabupaten Polewali Mandar adalah kurangnya infrastruktur yang memadai. Tidak adanya fasilitas pengolahan sampah modern dan sistem pengelolaan limbah yang efisien telah menyebabkan penumpukan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA) yang tidak terkontrol. Akibatnya, lingkungan menjadi tercemar, tanah menjadi tidak subur, dan air terancam terkontaminasi.

Hal demikian yang menjadi dasar bagi masyarakat yang terkontaminasi langsung oleh TPA yang tidak terkelola memilih untuk memboikot aktifitas penumpukan sampah yang bias pencemaran lingkungan dan Kesehatan masyarakat. Setidaknya, penutupan TPA sudah berjalan satu tahun terakhir yang artinya, Polewali Mandar telah melakukan penumpukan sampah secara massif dan tak terkendali sejauh ini.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik juga menjadi faktor utama dalam masalah ini. Banyak masyarakat yang masih melakukan pembuangan sampah sembarangan, tidak memilah sampah, dan tidak peduli dengan dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kurangnya edukasi dan kampanye sadar lingkungan dari pemerintah juga telah memperburuk situasi pelik ini.

Lambannya penanganan sampah di Kabupaten Polewali Mandar juga tidak dapat dipisahkan dari dinamika perpolitikan daerah. Tindakan nyata untuk memperbaiki sistem penanganan sampah seringkali terhambat oleh agenda dan kepentingan politik yang bertentangan, kepentingan ekonomi, dan pertarungan kekuasaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam politik lokal seringkali lebih fokus pada pemanfaatan isu sampah untuk kepentingan politik daripada pada solusi nyata.

Baca Juga  Kelas Bahasa Inggris Beralih ke Digital: Bagaimana Zoom Mengubah Pendidikan EFL 

Politisasi sampah juga akan berimbas pada kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak yang seharusnya terlibat dalam penanganan sampah, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Persaingan politik yang tidak sehat dan ketidakpercayaan antara berbagai pihak telah menghambat upaya bersama untuk mengatasi masalah penanganan sampah dengan cara yang efektif dan berkelanjutan.

Perhelatan kontestasi politik 5 tahunan akan segera berlangsung, nama-nama tokoh sebagai bakal calon sudah silih berganti muncul di social media yang lagi-lagi membawa isu sampah sebagai salah-satu racikan strategi politik yang cukup mumpuni untuk menggaet suara. Memasukkan penanganan sampah dalam list program kampanye sepertinya memang cukup membuahkan hasil.

Sampah yang kian menggunung menjadi problem daerah yang diwarisi oleh pemerintahan sebelumnya, tidak cukup hanya dijadikan sebagai bahan kampanye bagi calon-calon penguasa selanjutnya tetapi perlu adanya Tindakan nyata setelah terpilih.

Kita semua tahu bahwa penanganan masalah sampah bukan soal pada siapa yang menjabat kemarin, hari ini dan esok, melain apakah ada pejabat yang mampu bekerja secara serius dan nyata yang tentu mampu mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan tersebut, mengelolanya dengan jujur dan transparan agar masalah ini tidak terlalu berlarut-larut hingga menjadikannya sebagai ciri khas daerah dengan tagline “Polman lautan sampah”. Penundaan lebih lanjut dalam mengatasi masalah penanganan sampah di Kabupaten Polewali Mandar tidak lagi dapat diterima. Konsekuensinya terlalu besar untuk diabaikan: kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, ancaman terhadap kesehatan publik, dan degradasi kualitas hidup bagi generasi masa depan. Saatnya untuk bertindak, saatnya untuk mengubah, dan saatnya untuk memberikan contoh bagi daerah lain dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Ditulis Oleh, Dewi Sukma Rianti
Mahasiswa yang akhir-akhir ini sering luntang lantung di ruang dosen pembimbing.

Bagikan Ke Seluruh Umat Manusia!

What do you think?

Written by Partikel Bebas

Partikel Bebas adalah media bersama, menjadi ruang bebas untuk bersuara, bercerita dan sedikit bercanda. Partikel Bebas adalah wadah di mana ide-ide dapat saling bertemu, berbenturan dan berkembang yang selanjutnya diharapkan mampu memperluas perspektif serta memperkaya perbendaharaan literatur di Sulawesi Barat.

Tinggalkan Balasan

GIPHY App Key not set. Please check settings

3 Comments

Politik Premanisme Ala Mahasiswa

Politisasi Beasiswa KIP Oskadon ialah Jebakan Batman