in

Mengapa Kita Perlu “Oskadon” untuk Polman; Tanggapan untuk Tulisan Bruce Wayne

Beberapa hari yang lalu saya menerima forward-an WA dari salah seorang teman, sebuah tulisan singkat yang berjudul “Politisasi Beasiswa KIP Oskadon ialah Jebakan Batman”. Tulisan yang cukup kritis namun dengan landasan argumentasi yang tidak begitu kokoh untuk di adu dalam forum pertaruhan gagasan.

Dari judul serta kemasan, tentu kita tahu kemana tulisan ini bermuara. Tentu kepada seluruh rangkaian politis yang terjadi beberapa bulan terakhir dan lebih spesifik lagi kepada keluarga politisi yang kini mulai mengambil alih panggung perpolitikan di Polewali Mandar atau bahkan Sulbar.

Apa yang terjadi pada hasil pemilu kemarin memang cukup ramai menjadi buah bibir. Gebrakan politik “Oskadon” cukup mencuri perhatian, bahkan tidak hanya perhatian melainkan juga suara pemilih. Panggung yang bertahun-tahun di pegang oleh salah-satu keluarga politik tertentu, nampaknya sudah mulai memperlihatkan kerapuhannya. Hal demikian juga didasari oleh kejenuhan masyarakat yang telah lama tersandera oleh “jebakan batman” yang sebenarnya.

Apa yang disampaikan Bruce Wayne dalam tulisannya tempo hari di Partikel Bebas, tak ubahnya seperti riak-riak mahasiswa semester akhir yang sudah mulai kekurangan gizi proyek pemerintahan. Setidaknya ada 3 poin “nyinyiran” Bruce Wayne dalam tulisannya;

  1. Mengatakan bahwa beasiswa KIP di klaim bersumber dari keluarga Oskadon guna menopang agenda politiknya. Tuduhan tersebut tak berdasar, terbukti bahwa para penerima dan keluarganya tidak pernah mengalami intervensi dan intimidasi dari keluarga Oskadon dalam menentukan pilihan pada pemilu kemarin. Kita semua tahu, beasiswa KIP memang bukanlah program perorangan atau partai atau bahkan dari keluarga Oskadon, namun tidak bisa di pungkiri bahwa program ini dibawa oleh salah satu dari keluarga Oskadon dan di hilirisasi dengan baik. Bukankah seharusnya hal tersebut mendapatkan apresiasi sebagai kinerja yang nyata? Pun jika hal demikian berimbas pada elektabilitas Oskadin dan Oskadan pada pemilu, dan kemudian masyarakat menempatkan pilihannya pada mereka, bisa jadi hal demikian hanya sekedar ungkapan terima kasih dan harapan bahwa keluarga Oskadon adalah tipikal pemimpin yang betul-betul bekerja untuk masyarakat.
  2. “Tidak ada legislatif (DPR) menjadi eksekutor kebijakan pihak eksekutif (pemerintah) adalah eksekutor kebijakan”, kalimat awal dari poin kedua yang cukup membuat saya ambigu. Mungkin kalimatnya begitu tinggi sehingga saya yang cetek ini tidak bisa memahami maksudnya. Atau mungkin itu hanya keasalahan penulisan yang menunjukkan ketidakmampuan admin Partikel Bebas dalam memfilter tulisan?
  3. Selanjutnya, Bruce Wayne dalam tulisannya menekankan bahwa semua orang berhak mendapatkan bantuan program tersebut tanpa harus melalui keluarga Oskadon. Ya, memang benar demikian, tapi Kembali, lagi apa ada anggota DPR lain yang melakukan suksesi program ini selain Oskadon di Sulbar atau Polman? Dan apakah akan terealisasi dan diperjuangkan dengan nyata jika “keluarga politik” lainnya yang menjadi pengampuh dari program ini? Sebagai orang yang lahir di tanah Malaqbi, bukankah lebih makurang siriq jika menolak berterima kasih atas aspirasi yang telah terealisasi dengan baik.
Baca Juga  Tidak Ada Manusia Berwajah Malaikat di Hadapan Seks

Jika menjalankan program atas terealisasinya aspirasi masyarakat Sulbar atau Polman selalu dianggap sebagai menebar bakti dan budi guna menopang elektabilitas atau dicurigai sebagai agenda politik etis yang sarat kepentingan, maka Polman akan terus-terusan berada pada sumber daya manusia yang stuck pada budaya-budaya pemerintahan yang feodalistik.

Melangkah pada pilkada serentak 2024 yang akan segera terlaksana, di mana salah-satu anggota keluarga Oskadon juga masuk sebagai salah-satu bursa calon Bupati Polewali Mandar. Hal ini menjadi tumpuan atas kesadaran masyarakat yang kian bertumbuh dan tidak bisa lagi terhindarkan setelah sekian purnama dininabobokkan oleh nyanyian sang raja (puang).

Lantas mengapa kita memerlukan Oskadon dan apa khasiatnya;

Penurun Demam, demam yang diakibatkan oleh infeksi bakteri sampah yang banyak berserakan di sudut-sudut kota dan perkampuangan karena ketidakbecusan dalam pengelolaan dan penanganan akhirnya hanya menjadi penyakit yang diwarisi untuk pemimpin selanjutnya.

Sakit kepala, sakit kepala yang diakibatkan oleh kurangnya program yang bervisi pada kepentingan masyarakat, serta pembangunan yang tidak jelas dan transparan. Hal tersebut kemudian berimbas pada defisit hingga ratusan milyar.

Pegal linu dan nyeri otot, pegal linu dan nyeri otot karena banyak menganggur atau bahkan merantau ke daerah lain karena kurangnya lapangan pekerjaan. Atau bisa juga karena ketidakjelasan alokasi anggaran daerah yang banyak terpangkas oleh rente pemerintahan atau mungkin kantong sendiri.

Oskadon sekiranya mampu menjadi penawar atau obat pada masalah-masalah Kesehatan Polman kedepannya. Masa depan Polman yang lebih sehat sekiranya bisa teratasi oleh Oskadon Pancen Oye. Karena buat apa “jago” jika kesehatan tidak diperhatikan.

Ditulis Oleh, Jerome Valeska.


Tulisan ini adalah tanggapan terhadap tulisan sebelumnya di partikel bebas, Politisasi Beasiswa KIP Oskadon ialah Jebakan Batman”.

Bagikan Ke Seluruh Umat Manusia!

What do you think?

Written by Partikel Bebas

Partikel Bebas adalah media bersama, menjadi ruang bebas untuk bersuara, bercerita dan sedikit bercanda. Partikel Bebas adalah wadah di mana ide-ide dapat saling bertemu, berbenturan dan berkembang yang selanjutnya diharapkan mampu memperluas perspektif serta memperkaya perbendaharaan literatur di Sulawesi Barat.

Tinggalkan Balasan

GIPHY App Key not set. Please check settings

Desak-desakan Calon Bupati, Perlukah?

Degradasi Moral dalam Iklim per-TV-an Indonesia : Entah Siapa yang Salah?