Di era modern ini, universitas seharusnya menjadi benteng ilmu pengetahuan, pemikiran kritis, dan pengembangan karakter. Namun, realitas yang sering kita hadapi menunjukkan bahwa beberapa kampus justru terjebak dalam permainan politik yang meredupkan esensi pendidikan itu sendiri. Fenomena ini tidak hanya mengancam integritas akademik, tetapi juga menciptakan ketidakadilan dan bias yang berbahaya di lingkungan akademis.
Kampus seharusnya menjadi tempat di mana ide-ide diuji dan dikembangkan, dan di mana mahasiswa dapat mengeksplorasi berbagai pandangan tanpa merasa tertekan oleh bias politik. Namun, ketika kampus lebih fokus pada politik—baik itu politik internal institusi, ideologi tertentu, atau tekanan eksternal—tujuan utama pendidikan sering kali terabaikan. Contohnya, perdebatan politik yang sengit dapat mengalihkan perhatian dari kurikulum akademik yang seharusnya, serta menyebabkan penurunan kualitas pengajaran dan penelitian.
Selain itu, agenda politik yang dominan di kampus dapat membentuk lingkungan di mana hanya pandangan tertentu yang diterima, sementara pandangan alternatif dikucilkan atau dikesampingkan. Ini menciptakan “benteng ideologi” yang membatasi kebebasan akademik dan intelektual, dan membentuk bias yang mendalam dalam komunitas akademik.
Penerapan politik di kampus yang hanya memihak pada kelompok tertentu menandakan adanya ketidakadilan dan bias yang merugikan proses pendidikan politik yang seharusnya objektif dan inklusif. Sebagai lembaga pendidikan, kampus memiliki tanggung jawab penting untuk menyediakan lingkungan yang netral dan adil bagi semua mahasiswa.
Hal ini termasuk memastikan bahwa semua elemen partai politik dan kandidat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan menyampaikan pandangan mereka. Kampus yang mengizinkan atau bahkan mendorong mahasiswa untuk berkampanye berdasarkan arahan kelompok tertentu dapat menciptakan atmosfer yang memecah belah dan menghambat kebebasan berpendapat. Sebaliknya, pendidikan politik yang sehat harus melibatkan diskusi terbuka dan berbagai perspektif tanpa adanya intervensi atau tekanan dari pihak luar.
Mahasiswa perlu dilatih untuk berpikir kritis dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang seimbang, bukan semata-mata mengikuti arahan dari kelompok tertentu. Oleh karena itu, penting bagi kampus untuk menghindari pola pikir sektarian dan memastikan bahwa segala bentuk kegiatan politik di lingkungan kampus berjalan dengan prinsip kesetaraan dan netralitas.
Kampus harus menjadi tempat di mana mahasiswa dapat mengasah keterampilan politik mereka dengan cara yang konstruktif dan bebas dari bias, guna mempersiapkan mereka sebagai warga negara yang cerdas dan berintegritas. Jika kampus gagal dalam hal ini, maka proses pendidikan politik yang seharusnya membangun kesadaran dan pemahaman dapat menjadi kontraproduktif, menghasilkan mahasiswa yang terjebak dalam pandangan sempit dan terdistorsi.
Fokus yang berlebihan pada politik dapat mengaburkan esensi pendidikan, menciptakan bias, dan merugikan mahasiswa. Oleh karena itu, sangat penting bagi institusi pendidikan untuk kembali ke esensi mereka sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran kritis. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kampus tetap menjadi tempat yang adil dan produktif bagi semua anggotanya, dan bahwa pendidikan tetap menjadi prioritas utama dalam lingkungan akademik.
Sahar (Mahasiswa di salah-satu kampus Polewali Mandar)
GIPHY App Key not set. Please check settings