Sejatinya identitas budaya sangat penting bagi kemajuan budaya suatu negara atau masyarakat. Identitas budaya meliputi bahasa, adat, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi serta kuliner yang melekat pada suatu masyarakat.
Identitas budaya memberikan identitas kolektif dan rasa kepemilikan yang kuat bagi masyarakat, dan memainkan peran penting dalam membentuk cara pandang dan perilaku masyarakat, kemajuan budaya suatu negara atau masyarakat didasarkan pada pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman budaya yang ada di dalamnya. Dengan menerima dan menghormati perbedaan budaya, masyarakat akan memiliki kesempatan untuk memperkaya pengalaman mereka dan meningkatkan pemahaman mereka tentang kebudayaan yang berbeda (Charles Taylor).
Namun, untuk mencapai kemajuan budaya yang berkelanjutan, masyarakat juga harus mampu mempertahankan nilai-nilai dan tradisi budaya yang positif dan relevan dengan kondisi saat ini. Salah satunya ialah dengan tetap melestarikan kuliner khas daerah masing-masing dan mempraktekkan cita rasanya sehingga dimanapun dan kapanpun aroma cita rasa khas dari kuliner kita akan terasa seantero tanpa mengurangi cita rasa khas tersendiri.
Munafik rasanya jika seorang perantau tidak mengakui bahwa perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Adaptasi dengan lingkungan baru, terutama dalam hal makanan, seringkali menjadi tantangan bagi para perantau. Banyak perantau yang menjadikan rasa makanan di daerah asal sebagai acuan utama saat membandingkan dengan makanan di tempat baru. Penulis merasakan hal ini saat awal beberapa bulan tinggal di bumi Pasundan, di mana sulit menemukan makanan yang cocok dengan lidah dari bumi Mala’biaq (Polewali Mandar). Mengolah makanan sendiri menjadi solusi yang efektif, salah satunya dengan memasak Bau Peapi.
Kuliner Bau Peapi merupakan salah satu makanan yang menjadi ikon kuliner berasal dari Sulawesi Barat, berbahan dasar dari ikan, dicampur dengan beragam rempah-rempah pilihan yang tidak lain merupakan rempah khas dari daerah Sulawesi barat tentunya yaitu Minna,Anjoro atau disebut minyak kelapa mandar yang diproses dengan cara yang masih sangat tradisional sehingga memiliki aroma tersendiri dan berdasarkan penelitian bahwa Minna’ Anjoro/ minyak kelapa terdiri atas gliseria yaitu persenyawaan antara gliserin dan asam lemak dan asam lemak rendah asam lemak bebas serta asam lemak yang tidak jenuh (Siti Sulastri. 2005).
Bau Peapi adalah salah satu ikon kuliner dari Sulawesi Barat yang berbahan dasar ikan dan dicampur dengan beragam rempah pilihan khas daerah, seperti Minna’ Anjoro atau minyak kelapa Mandar. Minyak kelapa ini diproses secara tradisional sehingga memiliki aroma yang khas dan kaya akan gliserin serta asam lemak jenuh dan tidak jenuh (Siti Sulastri, 2005).
Perbedaan Bau Peapi dengan masakan ikan lainnya terletak pada campuran asam mangga dan belimbing yang sangat khas, seperti pammaissang dan belimbing, cabai rawit, bawang Mandar, merica, dan kunyit. Kombinasi kunyit memberikan warna yang menggugah selera pada kuah ikan (Adil, Nurhaliza; 2020).
Proses pemasakan Bau Peapi menghilangkan sebagian besar senyawa yang tidak diinginkan, baik anti gizi maupun beracun. Banyak makanan yang baru mengeluarkan aroma dan cita rasa yang merangsang setelah dimasak. Pemasakan juga memperbaiki daya cerna makanan dengan mengkoagulasi protein sehingga menjadi lebih keras dan menyatu (Muhammad Asfar, 2010). Oleh karena itu, kuliner ini sangat cocok bagi perantau dengan kandungan gizi yang baik.
Makanan khas dari suatu daerah mencerminkan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat setempat. Filosofi Bau Peapi mengajarkan pentingnya kebersamaan, persatuan, dan solidaritas dalam masyarakat. Tradisi ini mengajarkan kita untuk saling membantu, memperkuat hubungan, serta menjaga kebersihan hati dan pikiran agar hidup harmonis sebagaimana kombinasi 7 bahan dari bau peapi bersatu dalam satu wadah (kawali).
Cinta terhadap budaya sendiri bukan berarti tidak menghargai budaya orang lain. Membanggakan budaya sendiri di perantauan bukanlah bentuk etnosentrisme, melainkan rasa memiliki dan bangga terhadap budaya kita. Penulis menyadari selama di perantauan bahwa pentingnya rasa memiliki dan cinta terhadap budaya sendiri agar identitas kita tidak tergeser atau hilang oleh budaya lain.
Penting untuk menghilangkan rasa gengsi terhadap budaya sendiri saat berada di tanah rantau. Sebaliknya, tanah rantau adalah tempat yang tepat untuk memperkenalkan budaya kita, misalnya dengan menggunakan bahasa daerah sesekali atau memasak masakan khas seperti Bau Peapi Mandar. Hal ini tidak hanya memperkenalkan kuliner khas Sulawesi Barat kepada teman kuliah dari daerah lain, tetapi juga menjadi ajang pengetahuan baru.
Menjaga dan mempromosikan kuliner khas daerah adalah langkah penting dalam memperkuat identitas suatu daerah atau negara, serta memberikan dampak positif bagi ekonomi dan pariwisata. Kemajuan suatu daerah ditentukan oleh pemahaman dan pengetahuan generasi akan budayanya. “Aroma Rempah yang mengundang Kolonialisme, Derita Panjang yang berujung Nasionalisme” -Najwa Shihab.
Kalau bukan kita yang melestarikan budaya , maka siapa lagi, dan kalau bukan sekarang kapan lagi? Budaya ibarat tanaman akan tumbuh dan berkembang jika dirawat sebaik mungkin. Olehnya, Kuliah yang jauh jangan lupa identitas.

Kirim Tulisan
Kami percaya bahwa semua gagasan dan perspektif perlu disampaikan dan semua cerita perlu diutarakan.
KIRIM TULISAN
GIPHY App Key not set. Please check settings