in

Membicarakan Feminisme dan Suara Perempuan

Feminisme adalah sebuah kata sifat yang berarti “kewanitaan” atau untuk menunjukkan sifat perempuan. Feminisme merupakan aliran pergerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Gerakan dan ideologi yang bertujuan untuk mencapai tingkat gender yang bernaung pada hak asasi manusia.

Perempuan zaman sekarang sedang dalam proses menuju pemulihan mitos feminisme. Mereka mulai menyatakan kebebasannya dengan cara terang-terangan, tapi sayang mereka tidak, atau belum, dapat menikmati kehidupan yang mereka inginkan seperti kaum laki-laki. Kemana pun mereka melangkah, garis akhir selalu berwujud pada pernikahan. Ini artinya sama dengan mengakui dominasi laki-laki. Hal inilah yang memang ingin dipertahankan laki-laki karena mereka juga ingin mempertahankan fondasi sosial.

Dalam buku The Second Sex karya Simone De Beauvoir, ada beberapa pendapat dari filsuf dunia. Pertama St. Agustinus, menyatakan bahwa Perempuan adalah makhluk yang tidak dapat bersikap tegas ataupun konstan. Pendapat kedua dari Michel de Montaigne, menyatakan bahwa Perempuan tidak dapat disalahkan manakala mereka menolak aturan-aturan yang diterapkan kepada mereka, karena kaum laki-laki membuat aturan tersebut tanpa berkonsultasi dengan mereka. Tak heran apabila intrik dan perselisihan pun semakin banyak.

Perempuan adalah makhluk yang unik. Selain perasa dan lebih banyak berbicara, perempuan juga selalu terobsesi dengan kecantikan dan keindahan bentuk tubuhnya. Maka dapat dimengerti bahwa perawatan terhadap penampilan fisiknya menjadi obsesi bagi perempuan. Dan juga perempuan harus selalu tampak cantik agar dapat meraih cinta dan kebahagiaan.

Kisah penting inilah yang mendorong seluruh generasi perempuan untuk berpikir dan mengutarakan pendapat secara berbeda dan lebih jauh mengonseptualisasikan pemikiran Simone de Beauvoir. Inti dari tulisan Simone de Beauvoir adalah pemikiran eksistensial tentang Pria sebagai diri yang berdaulat dan Wanita sebagai objek yang lain, dan konflik serta ketidaksetaraan yang muncul akibat konseptualisasi tersebut.

Seseorang tidak dilahirkan, melainkan menjadi seorang wanita.

Penulis  lebih jauh menekankan tidak adanya masa lalu atau sejarah yang solid bersama, atau agama mereka sendiri, yang melumpuhkan perempuan untuk bersatu melawan konsep ini. Sementara teori feminis telah bergerak jauh melampaui eksistensialisme, karya de Beauvoir, terutama kemampuannya untuk bersikap kritis terhadap teori psikoanalitik tentang gender, merupakan dasar dari banyak tulisan berpengaruh yang muncul kemudian. Misalnya, Feminine Mystique karya Betty FriedanSexual Politics karya Kate Millet , dan Germaine Greer , sementara juga memungkinkan konsepsi yang lebih berbeda tentang seks dan gender oleh Judith Butler jauh di kemudian hari.

Baca Juga  Sepenggal Cerita Tentang Stigma dan Kepulan Asap

Maka dari itu Feminisme adalah gebrakan yang harus kita perjuangkan. Banyak perempuan-perempuan hebat di Indonesia yang selalu bergerak dalam memperjuangkan kesetaraan. Ada R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Andi Depu dan beberapa pahlawan perempuan lainnya. Di era sekarang, ada Najwa Shihab, Maudy Ayunda, Dee Lestari, dan figur perempuan hebat lainnya.

Suara perempuan adalah cinta, yang jika diberikan dukungan akan melahirkan kebahagiaan

Bagikan Ke Seluruh Umat Manusia!

What do you think?

Written by Humaerah Nur'izzatinisa

Mahasiswi semester satu Sastra Indonesa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

GIPHY App Key not set. Please check settings

Pilkada Polman 2024 : Tantangan dan Peluang Bagi Anak Muda

Serangan Fajar Gak Dapat, Malah Ancaman Panitia Penyelenggara KKN yang Datang